วันพฤหัสบดีที่ 22 กันยายน พ.ศ. 2554

LAPORAN TBT

I.  PENDAHULUAN

Pada cabang pertanian untuk memperlakukan dan menerapkan produksi tanaman dengan hasil yang maksimal perlu dilakukan teknik budidaya tanaman. Dalam menerapkan teknik budidaya tanaman perlu dilakukan panca usaha tani. Panca usaha tani adalah suatu lima tindakan budidaya yang harus dilakukan untuk mendapatkan produksi maksimum. Usaha-usaha dari panca usaha tani tersebut meliputi bibit unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan, dan perawatan hama-penyakit-gulma.
Banyak faktor yang dikenal sebagai faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman. Beberapa faktor tersebut antara lain: beberapa faktor gulma, serangga dan penyakit yang secara langsung mengurangi potensi produksi. Kebanayakan tindakan pengelolaan tanaman diarahkan pada keseimbangan antara faktor-faktor tersebut untuk memperoleh kisaran hasil dekat maksimum.
Untuk menjalankan suatu teknik budidaya perlu dilakukan pemilihan bibit unggul yang memiliki sifat-sifat unggul dibandingkan dengan varietas lain, sehingga keadaan umum hasil produksinya  tinggi. Keunggulan sifat kadang-kadang dinyatakan pada salah satu komponen hasil akhir, sehingga perlu dilakukan suatu perlakuan terhadap media yang akan digunakan ataupun pada tanaman itu sendiri.
Dalam menunjang pertumbuhan tanaman yang maksimal perlu dibuat suatu media sebaik mungkin. Tanah diolah agar diperoleh media tumbuh yang sempurna sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Teknik budidaya mencakup juga dalam hal perawatan hama-penyakit-gulma jadi, tidak hanya mencakup tentang hal tanam-menanamnya saja. Tanaman dapat hidup dan bertumbuh dengan baik dipengaruhi juga oleh pemupukan yang diberikan pada tanaman tersebut. Namun, pemberian pupuk tersebut akan sia-sia jika tidak dilengkapi dengan pengendalian terhadap hama, penyakit dan gulma. Pada teknik budidaya, pengendalian hama-penyakit-gulma tersebut dapat diberantas dengan memperhayikan terlebih dahulu tingkat kerugiannya terhadap hasil tanaman.
II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.  Persiapan Lahan
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting, yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman. Bila tanah salah digunakannya, tanaman jadi kurang produktif; bila ditangani secara berhati-hati dengan memperhatikan tabiat fisik dan biologinya, akan terus-menerus menghasilkan tanaman dalam beberapa generasi yang tidak terhitung (Harjadi, 1979).
Pemakaian tanah yang bebas penyebab penyakit harus diartikan tanah yang relatif atau sama sekali bebas patogen yang dapat merugikan tanaman. Tanah bukaan baru seperti bekas alang–alang atau bekas hutan sering merupakan tanah yang tidak berpenyakit tergantung dari jenis tanaman yang akan diusahakan. Tanah bekas hutan dengan tumbuhan keras merupakan tanah yang berpenyakit kalau di situ akan ditanami tanaman keras deperti kopi, kina, karet, teh, kakao, kelapa sawit, kelapa dan sebagainya karena masih ada sisa–sisa jamur akar yang dapat merugikan. Tanaman yang lemah atau yang tumbuh pada tanah yang kurang subur mudah diserang oleh parasit lemah yang biasanya menyebabkan bercak daun dan busuk akar (Lal, 1994).
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benh dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi)   (Anonim, 2007).
 Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukan susulan degan menggunakan urea, karena merupakan sumber pupuk nitrogen paling umum untuk negara-negara yang sedang berkembang. Apabila pupuk urea disebarkan di permukaan tanah akan terjadi proses volatilisasi yang menyebabkan kehilangan nitrogen dalam bentuk ammonium, proses ini merupakan bentuk kehilangan nitrogen yang cukup banyak dan sebagai penyebab rendahnya efisiensi pemupukan pada lahan pertanian di daerah tropika ( Colbourn, 1992).
Pengaturan jarak tanam yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar – besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumber daya lingkungan secara maksimal, baik berupa lingkungan tanah, air maupun iklim. Lingkungan tanah merupakan sumber nutrisi dan air bagi tanaman. Sedangkan lingkungan iklim yang penting antara lain radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dengan faktor lingkungan akan memberikan gambaran terhadap perkembangan dan hasil tanaman (Suminarti, 2000).
B.  Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih
Benih unggul yang diperoleh dari varietas hasil pemuliaan tanaman disebut dengan benih penjenis, misalnya klon, galur-galur murni atau varietas hibrida. Benih yang telah diperoleh harus dijaga agar susunan genetisnya tidak berubah. Perbanyakan benih penjenis dilakukan dengan cara :
a. Diisolasi agar tak tercemar dari serbuk sari tanaman yang sama
b.Ditanam pada lahan subur dan teknik budidaya yang baik dan terencana
c. Benih yang digunakan harus bebas hama dan penyakit
d.Harus dijaga agar daya kecambahnya tetap besar
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan koefisiensi pengairan cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggerakkan air dan zat hara. Dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Dengan pemupukan berat, rupanya populasi yang lebih besar akan mendatangkan keefisienan penggunaan pupuk karena tercapainya keefisienan penggunaan cahaya (Setyati, 1991).
Usaha pemirnian benih juga mamudahkan pengawas benih dalam pekerjaanya mengamati tingkat kemurnian suatu pertanaman produksi benih maupun analisis benih di laboratorium untuk menguji kemurnian fisik benih. Bagi pengujian benih, beratnya contoh kerja untuk masing-masing benih telah ada ketentuannya, kecuali untuk beberapa benih tertentu (Relawati, 2001).
Pada dasarnya, varietas unggul merupakan varietas dengan respon tinggi, yakni dikembangkan supaya respon terhadap dosis pupuk kimia tinggi. Jika disebar pada lahan dengan kandungan unsur hara tinggi dan air yang mencukupi serta pengendalian hama yang memadai, varietas unggul dan hibrida memang bisa memberikan hasil penanaman yang tinggi. Bila hanya menggunakan input luar dalam tingkat yang rendah, varietas lokal hasilnya bisa melebihi varietas unggul (Donkers dan Hoebink, 1989).
Benih yang ditanam pada lahan pertanian haruslah lulus dari analisis laboratorium atau setidak-tidaknya harus berada pada keadaan optimum. Keadaan optimum tersebut dapat dikendalikan dengan perlakuan manipulsi keadaan lingkungan tempat benih tersebut disimpan.oleh karena itu, pengetahuan tentang criteria syarat tumbuh benih sudah seharusnya diketaui oleh petani sehingga petani dapat menyimpan benih untuk masa musim yang akan datang secara cermat dan tepat (Adiyoga, 1999).
Benih murni meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui pengujian di laboratorium. Selain dari benih matang dan tidak rusak ke dalam benih murni yang termasuk benih yang ukurannya kurang tetapi dari setengahnya dari ukuran bagian asalnya mengkerut, kurang matang dan sudah berkecambah dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai spesies yang diakui (Danuarti, 2005)
C.    Penanaman, Pemeliharaan dan Panen
1.  Jagung
Jagung merupakan tanaman monokotil. Tanaman vegetatif mewakili generasi sporofita diploid. Meiosis terjadi pada bunga jantan diwakili oleh tassels dan bunga betina oleh ears.Mikrospora haploid (spora jantan) berkembang menjadi serbuk sari dan megaspore haploid (spora betina) membelah secara mitosis membentuk megagametofita. Telur dibentuk di dalam megagametofita.Penyerbukkan mengarah kepembentukkan buluh serbu sari yang berisi dua sel sperma (mikrogametofita). Terakhir, hasil penyerbukkan ganda membentuk zigot diploid, tahap pertama terbentuk generasi baru sporofit (Gembong, 2005).
Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemberian pupuk nitrogen merupakan kunci utama dalam usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk kalium dan phospat bersama-sama dengan nitrogen memberikan hasil yang lebih baik. Tanaman kekurangan unsur N akan nampak kerdil, warna daun menjadi kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum waktunya dan tidak sempurna. Tanaman kekurangan phospat terlihat saat tanaman masih muda, daunnya berwarna ungu dan berubah hijau kembali jika tanaman mendapatkan cukup phospat kembali. Tanaman kekurangan kalium seolah-olah layu, tepi daun menjadi kekuning-kuningan kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan (Anonim, 2005).
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukan susulan degan menggunakan urea, karena merupakan sumber pupuk nitrogen paling umum untuk Negara-negara yang sedang berkembang. Mengingat karakteristik yang khas pada lahan pertanian diperlukan langkah pengelolaan. Apabila pupuk urea disebarkan di permukaan tanah akan terjadi proses volatilisasi yang menyebabkan kehilangan nitrogen dalam bentuk ammonium, proses ini merupakan bentuk kehilangan nitrogen yang cukup banyak dan sebagai penyebab rendahnya efisiensi pemupukan pada lahan pertanian di daerah tropika ( Colbourn, 1992).
Daun merupakan organ tanaman tempat fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat sederhana yang selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan. Besarnya luas daun sangat menentukan jumlah substrat yang dihasilkan selama proses fotosintesis. Kerapatan jarak tanam penting diketahui untuk menentukan sasaran agronomi, yaitu produksi maksimum. Terjadi persaingan yang sangat ketat yang berakibat pada penurunan produksi jika tidak diadakannya pengaturan jarak tanam. Selain unsur tanaman sendiri yang berpengaruh terhadap kerapatan tanaman, faktor tingkat kesuburan tanah, kelembaban tanah, juga akan menimbulkan saingan apabila kerapatan tanaman semakin besar (Susilowati, 2001).
Perlakuan kepadatan tanaman atau jarak tanam menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah tongkol pertanaman, panjang tongkol dan hasil tongkol segar jagung. Perlakuan kepadatan tanaman menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata jumlah tongkol pertanaman, panjang tongkol dan hasil tongkol segar jagung semi per hektar. Tetapi, berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan saat panen, umur bunga, serta diameter tongkol. Kemungkinan disebabkan tidak terjadi persaingan antar individu tanaman dalam mendapatkan sinar matahari, unsur hara, air dan CO2 sepanjang pertumbuhan tanaman jagung tersebut (Bary dan Susylowati, 2004).
2.      Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan  tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut” (Prihatman, 2000).
Kacang tanah termasuk tanaman polong-polongan yang berbunga sempurna dan menyerbuk sendiri. Setelah pembuahan, bunga langsung layu membentuk ginofor dan membentuk polong didalam tanah. Pembentukan polong terjadi sekitar 40 hari setelah masa tanam dan pemasakan buah hingga siap panen berlangsung setelah tanaman berumur 90 hari
(Suparman, 2003).
Panen Kacang tanah dilakukan apabila 75% polong telah tua. Ciri polong kacang tanah yang telah tua adalah : Kulit polong agak keras, warna polong kecoklatan, polong berisi penuh tetapi biji tidak terlalu keras, kulit ari biji tipis tetapi mudah dikelupas, kadar air biji menurun dibawah 25%    (Irwan, 2006).
Hasil kacang tanah di lahan kering tanah Alfisol (Mediteran) selalu rendah. Kandungan unsur hara dalam tanah yang rendah seperti N, P, K, S, Zn, Cu, Mo dan kadar humus yang rendah diyakini sebagai penyebab rendahnya hasil kacang tanah di lahan tersebut (Ispandi, 2002).
Dalam pertanian yang secara ekologis sehat, cara-cara untuk mengendalikan ledakan hama terbatas. Karena pestisida alami kurang efektif dibanding pestisida kimiawi, pengendalian hama secara alami didasarkan pada pemahaman daur hidup hama dan pencegahan berkembangnya populasi hama yang masih ada Program AME (Agriculture Man.& Ecology) telah mengembangkan suatu ceklist yang dapat digunakan dalam suatu proses pengembangan teknologi partisipatoris, bersama dengan petani dan petugas penyuluh, sebagai alat untuk mengembangkan teknik pengendalian hama secara ekologis (Van der Werf, 1989).
3.      Kacang Tunggak
Kacang tunggak dibudidayakan untuk dimanfaatkan bijinya ( biji muda atau biji kering), daunnya dikonsumsi sebagai lalapan, atau sebagai pakan hijauan,pakan kering atau pupuk hijauan. Di Afrika kacang ini merupakan polong-polongan pangan yang disenangi dan dikonsumsi dalam bentuk dasar : dimasak dalam bentuk sayur, dikupas ditumbuk menjadi tepung. Perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan biji dan yang umum secara tradisi ditumpangsarikan dengan serealia seperti jagung, sorgum (Anonim, 2009)
Kacang tunggak tergolong komoditas yang secara alamiah beradaptasi dengan baik pada lahan kering atau lahan merginal sehingga memiliki harapan yang baik untuk dikembangkan pada lahan kering dalamrangka peningkatan produktivitas lahan. Tanaman ini telah lamadibudidayakan di Indonesia dan beradaptasi baik di daerah agak kering (semi arid) dengan duhu antara 20-25% C, serta dapat tumbuh di lahan marginal ataupun pada berbagai jenis tanah adal drainase tanahnya baik (Trustunah et al., 2001).
Ada dua jenis pemangkasan yang sering dilakukan oleh para petani yaitu pemangkasan pembentukan dan pemangkaasan pemeliharaan. Pemangkasan pembentukan bertujuan untuk membentuk sosok tanaman. Tentunya hal ini dilakukan jika memang diperlukan sosok tertnetu. Misalnya, pada tanaman tomat sering dilakukan pemangkasan bentuk untuk menentukan jumlah cabang primer yang akan dibiarkan. Jika cabang yang ada melebihi jumlah yang diinginkan maka kelebihan cabangnya tersebut dipangkas (Setiawan, 1994).
Pemangkasan adalah suatu upaya yang penting karena organ-organ baru terbentuk secara khusus dari bahan-bahan yang tersimpan dalam proses pemangkasan dan hidup batang terjamin setelah adanya penyambungan bagian yang terpotong. Penyembuhan dengan pembentukan bagian akar yang bersentuhan dengan tanah lebih mudah dikendalikan dengan jalan pemangkasan murni untuk menghindari rusaknya karingan. Pertumbuhan yang cepat hanya terjadi setelah pembentukan tonjolan akar adventif dari silinder pusat seperti pada saluran sistem perakaran juga dibantu oleh titik hormon ( Andregemn, 1994 ).
Pemangkasan selama untuk merangsang pembuahan yang bertujuan untuk meningkatkan intersepsi cahaya sehingga kelembaban dibawah tajuk berkurang. Untuk memperoleh lapisan fotsi yang tinggi dan untuk membentuk tajuk tanaman yang perlu dilaksanakan pemotongan tajuk sehingga daun-daun dibagian atas mendekati vertikal dan semakin mendatar pada bagian bawah. Pada prinsipnya pemangkasan akan menunjang terbentuknya tunas baru yang lebih banyak ( Yuniastuti, 2001).



III.  METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Oktober 2009 pukul 10.00-11.00 WIB pada Laboratorium EMPT Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan hari Sabtu, 3 Oktober 2009 pukul 07.00-10.00 WIB sampai Jumat, 18 Desember 2009 pada Lahan Kering Jumantono, Desa Sukosari, Kabupaten Karanganyar. 
B.  Alat dan Bahan
Alat  :
a.       Cangkul
b.      Cethok
c.       Patok
d.      Tali dan papan nama
e.       Kaca pembesar
f.       Petridish
g.      Alat penghitung
h.      Timbangan
i.        Tugal
j.        Gembor
k.      Sprayer
l.        Oven
m.    Meteran
Bahan :
  1. Benih
  2. Pupuk kandang
  3. Pupuk Daun
B.     Cara Kerja
1.  Persiapan Lahan
a. Mengolah tanah dengan traktor dan cangkul, sehingga tanah menjadi gembur
b. Membuat petakan/ bedengan yang diberi papan nama perlakuan tanaman
c. Menabur pupuk, untuk tanaman jagung pupuk urea ½ dosis dan SP36 serta KCl diaplikasikan pada saat tanam. Kemudian ½ dosis urea pada 5 Minggu Setelah Tanam. Untuk kacang tanah dan kacang tunggak semua pupuk diaplikasikan pada saat tanam.
2. Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih
a. Pemilihan Benih
1.  Mengambil benih yang akan ditanam (25 biji)
2. Mengamati (dengan kaca pembesar) biji yang baik yaitu mengkilap, tidak keriput, tidak cacat, warna normal
b. Uji daya kecambah
1. Memilih 10 biji dari 25 biji yang diseleksi, kemudian ditata pada lembaran kertas tissue di petridish lalu dibasahi dengan air secukupnya
2.  Menghitung biji yang berkecambah setiap hari, sampai hari ke-7 atau hari ke-10
c. Berat 100 biji
1. Menghitung 100 biji yang akan ditanam, kemudian ditimbang
2. Mengulangi point 1 sebanyak 3 kali
3. Penanaman, Pemeliharaan dan Panen
3.  Penanaman
-  Jagung
1. Membuat lubang tanam dengan tugak sedalam 5 cm dengan jarak tanam = 40 cm x 50 cm (30 tanaman/petak)
Pupuk daun = P0 (kontrol)
P1: 14 hari setelah tanam
P2: 21 hari setelah tanam
P3: 28 hari setelah tanam
Masing - masing perlakuan diulang 6 kali sehingga terdapat 24 petak
2.  Menanam benih jagung pada lubang tanam, kemudian ditutup dengan tanah
3.  Pupuk urea susulan ½ dosis diberikan pada umur 5 minggu setelah tanam
-  Kacang Tanah
1.  Buat lubang tanam sedalam 3 cm
2. Tanam benih kacang tanah pada lubang yang tersedia kemudian ditutup dengan tanah
Jarak tanam : J1: 25 cm x 15 cm (160 tanaman/ petak)
 J2: 25 cm x 20 cm (120 tanaman/ petak)
 J3: 25 cm x 25 cm (96 tanaman/ petak)
 J4: 25 cm x 30 cm (80 tanaman/ petak)
Masing – masing perlakuan di ulang 6 kali sehingga terdapat 24 petak
-  Kacang Tunggak
1.  Buat lubang tanam sedalam 3 cm
2.  Tanam benih kacang tunggak pada lubang yang tersedia kemudian ditutup dengan tanah
Jarak tanam : 25 x 30 cm (80 tanaman/ petak)
Perlakuan pemangkasan pucuk tanaman:
M0 : tanpa dipangkas
M1: dipangkas pada umur 14 hari setelah tanam
M2 :dipangkas pada umur 21 hari setelah tanam
M3 :dipangkas pada umur 28 hari setelah tanam
Pemeliharaan
1.  Penyiraman dilakukan setiap sore, setelah 1 minggu bila tanaman telah hidup penyiraman dilakukan bila tanah dalam keadaan kering
2.  Penyiangan dan pendangiran dilakukan dengan cangkul atau cethok untuk membersihkan gulma dan menggemburkan tanah
3.  Pengendalian pengganggu tanaman (hama/penyakit) secara mekanik bila diperlukan.
Pemanenan
Panen dilakukan bila tanaman telah memenuhi kriteria masak sesuai jenis tanaman (jagung tongkol berwarna coklat dan berbiji keras)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C.    Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan tahap awal dalam melakukan penanaman di suatu lahan. Pengolahan tanah adalah tindakan penghancuran bongkahan tanah besar menjadi bongkahan tanah berukuran kecil, sehingga permukaan partikel tanah lebih luas dan lebih luas pula hubungan antara akar tanaman dan tanaman tersebut. Pada tanah di Jumantono dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu yaitu dengan melakukan pencangkulan pada lahan tersebut. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk merubah struktur tanah yang sebelumnya struktur tanahnya granulair menjadi remah dan menyediakan lahan agar siap untuk dilakukan penanaman. Partikel – partikel tanah yang besar – besar setelah dilakukan pencangkulan menjadi lebih gembur. Dengan tanah yang gembur, akan tercipta aerasi atau pertukaran udara yang baik sehingga racun-racun yang ada dalam tanah dapat tergantikan oleh oksigen (O2) yang berguna bagi respirasi tanaman.
Tahap pertama dalam praktikum pengolahan tanah adalah membuka lahan kering untuk membersihkannya dari rumput liar atau gulma dan kerikil. Lahan kemudian dibuat batasan sesuai patokan dan dengan menggunakan patok dan tali raffia, tanah di campur dengan pupuk N, P, K dan pupuk kandang. Usahakan pupuk tercampur rata pada seluruh tanah dan patokan.  Setelah pengolahan lahan dilakukan, gulma yang terdapat pada lahan tersebut hilang sehingga tidak mengganggu pada penanaman. Pengolahan tanah dapat juga digunakan untuk mematikan hama atau stadia hama yang ada dalam tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan pencangkulan, tanah bagian bawah akan terangkat ke atas sehingga hama yang semula berada di dalam tanah ikut terangkat ke permukaan. Di permukaan tanah hama ini akan mati terkena panas matahari atau dapat juga dimakan predator.
Pemupukan dilakukan dengan berpegang pada pedoman 5 T, yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat, tepat cara, dan tepat waktu. Tepat jumlah atau dosis misalnya dalam pemupukan tidak boleh terlalu berlebihan atau terlalupun sedikit. Apabila terlalu sedikit, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dari pupuk itu tidak akan tercukupi sedangkan bila berlebihan tanaman dapat mengalami keracunan. Tepat jenis, pemupukan harus disesuaikan dengan jenis tanaman, umur dan kebutuhan tanaman. Tepat tempat, misalnya pupuk daun digunakan untuk memupuk daun bukan akar, batang atau buah. Tepat cara, misalnya pupuk daun, digunakan dengan cara disemprot dengan sprayer bukan disiramkan. Tepat waktu, misalnya pemupukan urea dilakukan pada saat tanam.
D.    Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih
1.      Pemilihan Benih
Benih Jagung yang dipilih :
Bentuk tidak terlalu bulat, mengkilap, tidak keriput, warna  tidak terlalu tua, dan tidak cacat.
Benih kacang tanah yang dipilih :
Warna tidak terlalu tua (normal), mengkilap, tidak keriput, tidak cacat
Benih kacang tunggak yang dipilih :
            Mengkilap, tidak keriput, tidak cacat, warna normal
2.  Uji Daya Kecambah
Tabel 3. 1 Jumlah Benihh yang Berkecambah
No
Hari ke
Tanggal
Hasil Pengamatan
Keterangan
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Tunggak
1.
4
5 Oktober 2009
10
7
8
Petridish dalam keadaan tertutup
2.
7
8 Oktober 2009
10
9
10
Petridish dalam keadaan tertutup
 Sumber :Hasil Pengamatan
a.  Kecepatan Berkecambah =
x 100%
Jagung                         = x 100%
                                    = 100%
Kacang Tanah             = x 100%
                                    = 70%
Kacang Tunggak          = x 100%
                                      = 80%
b.  Daya Berkecambah =
 x 100%
   
Jagung                         =
                                                            = 100 %
                        Kacang Tanah             =
                                                            = 90 %
Kacang Tunggak         =
                                                = 100 %
c.  Kebutuhan benih / lubang
i.    Jumlah lubang tanam per petak  =
Jagung                       =
                                                = 30 lubang
Kacang Tanah           =
                                  = 80 lubang
Kacang Tunggak       =
                                  = 80 lubang
ii.  Kebutuhan Benih / petak = DK x  lubang
Jagung                     = 1  x 30
                                = 30
Kacang Tanah         = 1 x 80
                                = 80
Kacang Tunggak     = 1 x 80
                                = 80
iii.  Kebutuhan benih / lubang =
Jagung                     =
                                = 1 benih
Kacang tanah          =
                                = 1 benih
Kacng tunggak        =
                                = 1 benih
3.  Berat 100 biji
Tabel 3.2 Berat 100 Benih
Ulangan
Berat 100 Benih
Jagung
Kacang Tanah
Kacang Tunggak
1
23,8
39,7
13,8
2
23,9
41,6
15,4
3
22,6
38
12,2
4
25,9
43,5
15
5
24,4
42,6
15,6
6
25,1
39,1
14,9
145,7
244,5
86,9
Ŷ
24,28
40,75
14,48
            Sumber : laporan sementara
a.   SD jagung  
=
=
= 
= 1,2
                  SDmax    = ŷ + SD
                                          = 24,28 + 1,2
= 25,48
                              SDmin   = ŷ – SD
= 24,28 – 1,2
= 23,08
b.      SD kacang tanah
=
=
= 
= 2,149
                  SDmax    = ŷ + SD
                                          = 40,75 + 2,149
= 42,899
                  SDmin   = ŷ – SD
= 40,75 - 2,149 
= 38,601
c.       SD kacang tunggak    
=
=
= 
= 1,28
                  SDmax    = ŷ + SD
                                          = 14,48 + 1,28
= 15,76
                  SDmin   = ŷ – SD
= 14,48 – 1,28
= 13,2
Pada pemilihan dan penghitungan kebutuhan benih dilakukan pemilihan benih pada jagung, kede­lai , dan kacang tunggak. Pemilihan benih yang baik dilakukan dengan cara mengamati tiap biji dengan kaca pembesar. Kriteria dari kondisi benih yang baik adalah tidak adanya keriput, mengkilat, dan warnanya normal. Perkecambahan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas dan pasir. Pada praktikum kali ini, kita menggunakan metode pada kertas. Tanaman yang kita gunakan dalam praktikum ini adalah jagung.
Untuk mengetahui kecepatan kecambah, daya kecambah dan kebutuhan benih per lubang diadakan perkecambahan benih di dalam petridish yang dilapisi kertas buram yang diberi seidkit air. Digunakan dua kali ulangan, artinya perkecambahan dilakukan pada dua petridish yang masing-masing berisi sepuluh benih agar bisa digunakan sebagai pembanding. Setelah empat hari penyimpanan, jumlah kecambah dihitung dari masing-masing petridish guna mengetahui kecepatan kecambah (KK). Kecepatan kecambah dapat dihitung dengan membagi jumlah benih yang sudah berkecambah dibagi seluruh benih yang dikecambahkan dikali 100% dan dihitung untuk masing-masing ulangan.
Dari praktikum ini kecepatan berkecambah diamati pada hari ke-4. Kecepatan berkecambah pada jagung adalah 100% berarti semua benih tersebut berkecambah dan tergolong sangat cepat. Pada kacang tanah kecepatan berkecambahnya adalah 70 % yang berarti ada 3 benih yang tidak tumbuh. Sedangkan pada kacang tunggak kecepatan berkecambahnya adalah 80%, berarti ada 2 benih kacang tunggak yang tidak tumbuh. Setelah pada hari ke-7 jumlah kecambah dihitung lagi untuk menghitung kecepatan berkecambah. Daya kecambah dihitung dengan membagi jumlah benih yang dikecambahkan dikali 100%. Dari praktikum ini diperoleh daya kecambah jagung dan kacang tunggak sebesar 100%, termasuk daya kecambah yang sangat tinggi. Pada kacang tanah hanya memiliki daya kecambah sebesar 70% yang berarti daya kecambahnya cukup tinggi.
Dari hasil perhitungan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat digunakan untuk menghitung jumlah benih per hektar maupun per lubang. Jumlah benih per lubang yang diperlukan berdasarkan daya kecambah adalah satu benih per lubang. Kebutuhan benih per petak untuk jagung sebanyak benih, kacang tanah  benih dan kacang tunggak  benih. Tetapi dalam prakteknya jumlah benih per lubang adalah tiga, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika benih-benih tertanam terlalu dalam sehingga tidak bisa tumbuh. Penanaman jagung dengan jarak tanam 40 x 50 cm pada lahan seluas 200 x 300 cm, sehingga terdapat lubang tanam sebanyak 30 lubang dengan kebutuhan benih 1 benih/lubang. Untuk kacang tanah dengan luas yang sama tetapi menggunakan jarak tanam 25 x 30 dapat dibuat 80 lubang dengan kebutuhan benih 1 benih/lubang dan untuk kacang tunggak dengan jarak tanam 25 x 30 dapat dibuat 80 lubang dengan kebutuhan benih 1 benih/lubang.
Selama dalam penyimpanan di laboratorium tidak ditemukan hama maupun penyakit, hanya ditemukan jamur yang berwarna putih yang tumbuh horisontal, jamur berwarna hijau dan hitam yang tumbuh vertikal. Jamur-jamur tersebutlah yang menyebabkan benih tidak berkecambah. Kecambah yang normal adalah kecambah yang memiliki ciri-ciri adanya sistem perakaran, hipokotil, plumula dan kotiledon, sedangkan kecambah abnormal mempunyai ciri-ciri seperti kecambahnya rusak, tanpa kotiledon, dan bentuknya membengkok. Selama penyimpanan kelembaban dalam petridish harus diperhatikan agar tidak terlalu lembab atau terlalu kering. Jika terlalu lembab, benih bisa membusuk, dan jika terlalu kering benih akan kekurangan air yang menyebabkan benih tidak bisa berkecambah.
C.  Penanaman, Pemeliharaan dan Panen
1.  Jagung
Tabel 3.3 Purata Tinggi Tanaman Jagung
Perlakuan
Tinggi Tanaman
P0
188
P1
194
P2
205
P3
195
Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.1 Histogram Purata Tinggi Tanaman Jagung
Berdasarkan pada tabel dan histogram purata tinggi dari tanaman jagung diperoleh hasil yang paling tinggi terdapat pada perlakuan pemberian pupuk pada P2 (21 hari setelah tanam) yaitu 205 cm. Sedangkan pada P0 (kontrol) menghasilkan tinggi tanaman jagung paling rendah, yaitu sebesar 188 cm. Penyebab pertumbuhannya tidak tinggi karena pada variabel P0 tidak diberikan perlakuan berupa pupuk daun.
Tabel 3.4 Rata-rata tinggi tanaman jagung per minggu setelah tanam
MST
Rata-rata tinggi tanaman jagung (cm)
1
10,083
2
31,05
3
53
4
78
5
92,083
6
94,67
7
120,77
8
133,75
9
181,092
10
186,05
11
188,067
            Sumber : Hasil Pengamatan
Grafik 3.2 Hasil Pengamatan Tinggi Rata-rata/Minggu Tanaman Jagung
Berdasarkan tabel dan gambar grafik tinggi tanaman dapat diketahui bahwa tanaman mengalami pertumbuhan yang pesat. Rata-rata tinggi tanaman diperoleh dari rata-rata tinggi enam tanaman sample yang diukur tiap minggunya. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik yaitu tanah, aerasi, dan drainase, faktor kimia yaitu unsur hara dan faktor biologi yaitu mikroorganisme dalam tanah. Pertumbuhan biasanya ditandai dengan memanjangnya ukuran dari tanaman tersebut beserta penambahan bobot tanaman terebut. Dari hasil pengamatan tabel dan grafik diatas, terlihat bahwa tinggi tanaman rata-rata/minggu tanaman jagung selalu bertambah.
Pada minggu ke-1 tanaman jagung memiliki tinggi 10,083 cm dan terus meningkat pertumbuhan tinggi tanaman jagung tersebut hingga minggu ke-5. Namun pada minggu ke-6 pertumbuhan dari tinggi tanaman tersebut  agak terhambat karena kurangnya perawatan yang diberikan atau penyiraman yang seharusnya dilakukan setiap hari. Setelah dilakukan perawatan yang intensif, pertumbuhan tanaman jagung terus meningkat hingga minggu ke-11 yaitu pada saat pemanenan dengan tinggi 188,067 cm.
Tabel 3.5Anova Saat Muncul Bunga terhadap saat pemupukan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
2,2083
0,4417
0,57
0,722
Perlakuan
3
10,1250
3,3750
4,35
0,021
Galat
15
11,6250
0,7750


Total
23
23,9583



S = Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan dari tabel anova di atas memperlihatkan bahwa probabiliti tanaman jagung saat berbunga lebih kecil dari 0,05 sehingga hasilnya signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian pupuk daun pada tanaman jagung berpengaruh nyata pada saat muncul bunga.
Tabel 3.6 Anova Berat Total Kering Jagung terhadap Saat Pemupukan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
234697
46939
0,36
0,870
Perlakuan
3
244542
81514
0,62
0,612
Galat
15
1970353
131357


Total
23
2449592



      NS = Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan tabel anova di atas memperlihatkan bahwa probabiliti ternyata lebih besar dari 0,05 yang berarti  non signifikan. Hal ini berarti bahwa hubungan antar tanaman jagung yang ada pada petak lahan belum terjadi persaingan yang berarti dalam mendapatkan unsur hara maupun cahaya matahari.


Tabel 3.7 Anova Berat Tongkol Dengan Klobot terhadap saat Pemupukan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
726730
145346
0,77
0,587
Perlakuan
3
200269
66756
0,35
0,788
Galat
15
2840186
189346


Total
23
3767185



      NS = Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan dari tabel anova di atas dapat dijelaskan bahwa probabiliti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian pupuk daun pada tanaman jagung tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal tersebut tampak pada berat tongkol beserta klobot saat pemanenan yang beratnya tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata dari pemberian pupuk daun tersebut.
Tabel 3.8 Anova Berat Tongkol Tanpa Klobot terhadap Saat Pemupukan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
294967
58993
0,86
0,532
Perlakuan
3
69745
23248
0,34
0,799
Galat
15
1033805
68920


Total
23
1398517



      NS = Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan pada tabel anova di atas maka probabiliti lebih besar dari 0,05 yang artinya non signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian pupuk daun pada tanaman jagung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol tanpa klobot.
2.  Kacang Tanah
Tabel 3.9 Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah per MST
MST
Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah (cm)
1
2,62
2
3,07
3
3,37
4
4,42
5
6,48
6
7,2
7
8,32
8
12,37
9
14,25
10
16,33
11
20,42
      Sumber : Laporan Sementara
Gambar 3.3 Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Dari hasil pengamatan pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa tanaman kacang tanah pada minggu ke-1 tingginya adalah  2,62 cm. Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3 pertumbuhan dari tanaman kede­lai  tersebut mengalami pengahambatan. Penyebab dari pertumbuhan tanaman kacang tanah tersebut terhambat adalah kurangnya perawatan yang intensif berupa penyiraman yang teratur. Namun, setelah dilakukan penyiraman yang lebih teratur pertumbuhan kacang tanah tersebut semakin meningkat hingga minggu ke-11 yaitu memiliki tinggi 20,42 cm.
Tabel 3.10 Purata Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
JI
27
J2
26
J3
22
J4
22
Sumber : Laporan Sementara

Gambar 3.4 Histogram Purata Tinggi Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan pada tabel dan histogram purata tinggi tanaman kacang tanah di atas dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang tanah yang pertumbuhan tingginya baik adalah pada jarak tanam 25 cm x 15 cm dengan tinggi tanaman sebesar 27 cm. Sedangkan pola jarak tanam pada kacang tanah yang kurang memberikan hasil yang maksimal adalah pada jarak tanam 25cm x 25 cm dan 25cm x 30 cm.
Tabel 3.11 Anova Saat Muncul Bunga terhadap Jarak Tanam
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
1,208
0,242
0,18
0,968
Perlakuan
3
3,125
1,042
0,76
0,535
Galat
15
20,625
1,375


Total
23
24,958



      NS = Non Signifikan
Sumber :Laporan Sementara
Berdasarkan pada tabel anova di atas dapat dijelaskan bahwa probabiliti lebih besar dari 0,05 sehingga hasilnya non signifikan. Hal ini dapat berarti bahwa pemberian perlakuan berupa jarak tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada saat kemunculan bunga pada kacang tanah.
Tabel 3.12  Anova Berat Brangkasan Kering terhadap Jarak Tanam
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
83722
16744
0,71
0,628
Perlakuan
3
127089
42363
1,79
0,193
Galat
15
355658
23711


Total
23
566469



NS = Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan tabel anova di atas dapat diketahui bahwa probabiliti lebih besar dari 0,05 sehingga hasil non signifikan. Hal ini berarti jarak tanam yang diberikan pada kacang tanah tidak memberikan pengaruh terhadap berat brangkasan kkacang tanah.
Tabel 3.13 Anova Berat Polong Isi terhadap Jarak Tanam
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
2511,7
502,3
2,09
0,123
Perlakuan
3
1521,5
507,2
2,11
0,142
Galat
15
3601,8
240,1


Total
23
7635,0



      NS = Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan pada anova di atas memperlihatkan bahwa probabiliti lebih besar dari 0,05 yang hasilnya adalah non signifikan. Sehingga hal ini dapat diartikan bahwa perlakuan berupa jarak tanam pada kacang tanah tidak memberikan pengaruh pada berat polong isi.
      Tabel 3.14 Anova Berat Polong Hampa terhadap Jarak Tanam
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
P
Ulangan
5
369,21
73,84
3,02
0,044
Perlakuan
3
10,46
3,49
0,14
0,933
Galat
15
366,29
24,42


Total
23
745,96



      NS= Non Signifikan
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan dari anova di atas hasilnya non signifikan karena probabiliti lebih besar dari 0,05. Hal ini menyatakan bahwa pemberian perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berat polong hampa kacang tanah.
3.  Kacang Tunggak
Tabel 3.15 Purata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tunggak
Perlakuan
Jumlah Cabang
M0
9
M1
5
M2
5
M3
6
Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.5 Histogram Purata Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tunggak
Berdasarkan pada tabel dan histogram purata jumlah cabang tanaman kacang tunggak dapat dilihat bahwa perlakuan pada kacang tunggak yang menghasilkan cabang banyak adalah pada M0 (kontrol) yaitu berjumlah 9 cabang dan yang menghasilkan cabang paling sedikit ada pada perlakuan M1(dipangkas pada umur 14 hari setelah tanam) dengan perlakuan M2 (dipangkas pada umur 21 hari setelah tanam) yaitu sebanyak 5 cabang.
Tabel 3.16 Saat Berbunga Tanaman Kacang Tunggak
Perlakuan
Saat Berbunga (MST)
M0
0
M1
0
M2
7
M3
0
Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.6 Histogram Saat Berbunga Tanaman Kacang Tunggak
Berdasarkan pada tabel dan histogram saat berbunga pada tanaman kacang tunggak dapat dilihat bahwa perlakuan yang menghasilkan bunga adalah pada perlakuan M2 (di pangkas pada umur 21 hari setelah tanam) yang menghasilkan bunga saat minggu ke-7.
Tabel 3.17 Rata-rata Jumlah Cabang Kacang tunggak per MST
MST
Rata-rata jumlah cabang Kacang Tunggak
1
1
2
2
3
2
4
2
5
3
6
3
7
3
8
4
9
4
10
5
11
5
Sumber : Hasil Pengamatan
Grafik 3.7 Grafik Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tunggak
Berdasarkan tabel dan grafik jumlah cabang tanaman kacang tunggak dapat dilihat pertumbuhan jumlah cabangnya mengalami kenaikkan pada minggu ke-1, namun pada minggu ke-2 hingga minggu ke-4 tidak mengalami kenaikkan karena kurangnya perawatan yang intensif yaitu penyiramannya. Pada minggu ke- 4 dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk untuk meningkatkan produksi tanaman. Dengan tumbuhnya tunas-tunas lateral pada ketiak daun tersebut akan menyebabkan cabang-cabang yang tumbuh semakin banyak sehingga produksi dari tanaman akan bertambah. Minggu ke- 5 tanaman mengalami pertumbuhan dengan bertambahnya jumlah cabang, namun tanaman sempat terserang hama kutu putih sehingga tanaman agak terhambat pertumbuhannya. Hingga minggu ke- 11 pertumbuhan kacang tunggak mengalami kenaikkan dengan hasil akhir jumlah cabangnya adalah 5.
Tabel 3.18 Anova Berat Brangkasan Kering Kacang Tunggak
Sumber Keragaman
dB
JK
KT
F hitung
P
Ulangan
5
19306
3861
0,45
0,808
Perlakuan
3
4663
1554
0,18
0,908
Galat
15
129123
8608


Total
23
153091



NS = Non Signifikan
Sumber : laporan sementara
Berdasarkan pada tabel anova di atas dapat dilihat bahwa probabiliti lebih besar dari 0,05 sehingga hasilnya non signifikan. Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan pada kacang tunggak tidak memberikan pengaruh pada berat brangkasan kering.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.  Pengolahan tanah digunakan untuk mematikan hama atau stadia hama yang ada dalam tanah baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.  Pemupukan dilakukan dengan berpegang pada pedoman 5 T, yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat, tepat cara, dan tepat waktu.
3. Kriteria dari kondisi benih yang baik adalah tidak adanya keriput, mengkilat, dan warnanya normal.
4.  Kecepatan kecambah dapat dihitung dengan membagi jumlah benih yang sudah berkecambah dibagi seluruh benih yang dikecambahkan dikali 100% dan dihitung untuk masing-masing ulangan.
5.  Kecepatan berkecambah pada jagung adalah 100% kacang tanah adalah 70 % dan kacang tunggak adalah 80%.
6. Daya kecambah dihitung dengan membagi jumlah benih yang dikecambahkan dikali 100%. Daya kecambah jagung dan kacang tunggak sebesar 100% sedangkan kacang tanah hanya memiliki daya kecambah sebesar 70%.
7. Hasil perhitungan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat digunakan untuk menghitung jumlah benih per hektar maupun per lubang.
8.  Kacang tunggak dengan jarak tanam 25 x 30 dapat dibuat 80 lubang. terdapat lubang tanam sebanyak 30 lubang kacang tanah dengan luas yang sama t etapi menggunakan jarak tanam 25 x 30 cm dibuat 80 lubang dan penanaman jagung dengan jarak tanam 40 x 50 cm.
9.  Pada tanaman jagung yang diberi perlakuan pupuk daun, hasil paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 dan paling rendah pada P0 dan –pemberian pupuk daun memberikan pengaruh terhadap pembungaan.
10. Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh faktor fisik yaitu tanah, aerasi, dan drainase, faktor kimia yaitu unsur hara dan faktor biologi yaitu mikroorganisme dalam tanah.
11. Tanaman kacang tanah yang pertumbuhan tingginya baik adalah pada jarak tanam 25 cm x 15 cm dengan didukung perawatan yang intensif.
12.  Perlakuan yang diberikan pada kacang tanah tidak memberikan pengaruh pada berat brangkasan kering, berat polong isi, berat polong hampa, dan saat berbunga.
13. Jumlah cabang tanaman kacang tunggak yang menghasilkan cabang banyak adalah pada M0 (kontrol) yaitu berjumlah 9 cabang dan yang menghasilkan bunga saat berbunga adalah variabel M2.
B.  Saran
Saran bagi co ass untuk praktikum ini adalah agar lebih memberikan pengarahan yang baik dalam praktikum mendatang. Selain itu dalam perhitungan anova harus ada kejelasan mengenai rumus yang digunakan, karena dilihat dari data rekapan yang ada datanya tidak signifikan. Sanksi yang diberikan harus tegas supaya pengisian data rekap dapat segera terisi sehingga tidak mengulur-ulur waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga. 1999. Strategi Petani dalam Pengelolaan Resiko pada Usaha Tani. Jurnal Hortikultura. 8(4): 1299-1311.
Andregemn. 1994. Aplication of Botany in Horticultura. Sciense Publisher Inc. Washington D. C.
Anonim. 2005. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan. www.iptek.net.id/ind/teknologi-pangan/indeks.php. Diambil tanggal 24 Desember 2009.
 Anonim . 2007. Teknik Budidaya Tanaman. bima.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2009.
Anonim. 2009. Kacang Tunggak. http://biogen.litbang.deptan .go.id/plasmanutfah /template.php?l=commodity_menu.php&m=commodityname=Kacang%20tunggak. Diakses tanggal 29 Desember 2009 pukul 20.15 WIB.
Bary, Muhammad. Atta dan Susylowati. 2004. Pengaruh Pemupukan NPK dan Kerapatan Tanaman Jagung Semi dalam Sistem Tumpangsari. Jurnal Budidaya Pertanian. Samarinda. Vol X(2).
Colbourn, P. Denitrifikasion and Production in Pasteru Soil. University N.Y Press. New York.
Danuarti. 2005. “Produksi benih”. www.ri.go.id/produk uu/produk2004/ pp13’04htm.82. Diakses tanggal  24 Desember 2009 pukul 15.33.
Donkers dan Hoebink. 1989. Schatkamers Voor de Westere Landbouw. NRC. Handlels blad.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Harjadi. 1994. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Irwan, A.W. 2006. Panen dan Pasca Panen Kacang Tanah, Kedelai, dan Kacang Hijau. http://blogs.unpad.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Desember 2009.
Ispandi, Anwar. 2001. Pemupukan NPKS dan Dinamika Hara dalam Tanah dan Tanaman Kacang Tanah di Lahan Kering Tanah Alfisol. Jurnal Tan. Pangan PP21/01.
Lal, R 1994.  Aplication of Green Manure in Horticulture. Journal of The Science of Food and Agriculture. Prentice Hall International Inc. London.
Prihatman, Kemal. 2003. Kacang Tanah. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek PEMD, BAPPENAS.
Relawati, Rahayu. 2001. Kajian Manajemen Usaha Tani dan Pasca Panen Sayur-sayuran.  Jurnal Penelitian Tropika. 9(2001): 116-123.
Setiati, Sri. 1991. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Setiawan, A. I. 1994. Sayuran Dataran Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suminarti. 2000. Teknik Budidaya Pertanian. Jurnal Kementrian Negara Riset dan Teknologi. Tanggal 27 Desember 2003. Jakarta.
Suparman dan Abdurahman. 2003. Tehnik Pengujian Galur Kacang Tanah Toleran Naungan di Bawah Tegakan Pohon Kelapa. Jurnal Tehnik Pertanian Vol. 8 No. 2003. Depatemen Penelitian dan Pengembangan Universitas Brawijaya. Malang.
Susilowati. 2001. Pengaruh Pupuk K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Budidaya Pertanian. Samarinda.Vol VII(1).
Trustunah, A., Kasno dan Moedjiono. 2001. Pembentukan Varietas Unggul kacang Tunggak. J. Tinjauan Ilmah Penelitian Tanaman Palawija. Vol.(9) 2. Hal 54.
Van der Werf, E. 1989. Ecological Farming Principles. AME Programme, ETC Foundation. Leusden.
Yuniastuti, et al. 2001. Intersepsi Cahaya, Tajuk Tanaman Dan Pemangkasan. J. Holtiultura. 11 (4). PP PH. Jakarta.